Dec 28, 2011

Pesan Moril Yang Selalu Ku Ingat


Pelajaran Hidup Buatku di Tanggal 28/12/2011



Baru selang 1 hari syukuran acara khitanan ponakan usai. Dan kini tinggallah penat yang tersisa sampai aku harus meliburkan diri untuk tak kerja malam ini.

Sungguh tubuh ini penat sekali, hujan yang membuat repot dan harus menyibukkan diri dimana tenda yang aku pasang bersama abang untuk naungan para tamu, menjadi wadah hujan yang nyaris merobohkan tiang penyangganya. Tak henti2 aku selalu mendorong air dengan selembar papan agar tak menjadi kekacauan yang membuat urung para tamu. Tak perduli baju ini basah saat hujan semakin deras.

Dari kejauhan terlihat rombongan mobil dari para sanak famyli yang tinggal dipedalaman kota tapi rezekinya mungkin lebih dari orang kota. Seluruh keluarga sepontan menyambut dengan teriakan, tertawaan yang lepas. Akirnya datang juga. Begitulah katanya…

Tapi bukan disini letak keindahannya. Seusai acara selesai saat magrib menjelang acara ini resmi ditutup walau masih ada tamu yang datang. Aku, ibu, abang dan keluarga berbincanglah diluar sembari bercerita tentang peristiwa tadi siang hingga malam mulai meninggi. Dalam suasana suasana rintik hujan perbincangan itu seolah menghangatkan tubuh dari dingin yang terus menggerogoti tulang. Dan semua terhening ketika ada kabar bahwa salah 1 saudara datang bersama istrinya dari pelosok kampung yang paling pelosok. Saat ini dia menunggu di depan pusat perbelanjaan kota perawang dan memintaku untuk menjemput mereka. Tak pikir lagi, aku segera berangkat untuk menyampiri mereka.

 Lantas mataku langsung tertuju kepada seorang yang tua, wajah yang hitam dengan sepatu bot tinggi dikakinya sedang duduk diatas sepeda motor tua yang dekil yang mungkin kalau aku disuruh membawanya aku mungkin merasa malu. Dan disebelahnya berdirilah seorang wanita mengenakan jacket kuning dengan memeluk sekantung pucuk pakis. Aku melihat kearah arlojiku. Tepat jam 22.35. dan aku menyapa..? wah nekat kali bang Dari sana naik motor kayak gini. Nantilah ceritanya dirumah. Seep… aku mempersilahkan istrinya naik kemotorku, karna kulihat wajah lelah di istrinya. Lantas aku terkejut kembali ketika aku menyalakan mesin motorku hanya dengan jempol tanganku sementara kulihat dia berlari menyorong motornya dan breeem… motor itu nyala. Aku hanya tersenyum kecil melihatnya sambil berjalan pelan menuju rumah.

setiba dirumah ibu langsung menyapa…? Owalah Anto. Datang juga kau nak..! ia mak, alhamdulillah nyampe juga aku kemari, ketemu juga aku sama mamakku yang baru pulang dari hajji. itulah kalimat dari kedunya. Suasana semakin haru saat kulihat air mata keluar dari mata ibuku saat memeluknya dengan erat. Silahkan duduk kupersilahkan buatnya dan istrinya…?

Wah bang…? Kenapa tadi gak gabung sama rombongan, mobilnyakan banyak kosong. Ini naek motor, lampunya gak ada, pakai senter, gak pake helm nekat kalilah abang sama kakak ni jam berapa dari sana..?

Ta ..! abang dari rumah jam 5. katanya ada yang bilang rombongan itu mau berangkat jam 8, ada yang bilang jam 10, ada yang bilang jam 1. jadi abg bingung, mana abang lagi gembalakan kerbau orang. Jadi abang piker biarlah nanti abang pergi sama kakak berdua. Diman sih perawang itu, dimana sih rumahnya..? gak mungkin abang gak ketemu. Adi tadi jam 2 siang pas abang duduk dibawah sawit orang karma kebetulan hujan abang lihatlah kedepan. Banyak kali pucuk pakis, abang petiklah pucuk pakis itu 5 tangakai, terus abang mikir…??!!? Mamak suka kalilah sama pucuk pakis ne terus abang petikinlah ngak kerasa udah ada 1 kantong lumayan. Jam 4 abang pulang, mandi terus bilang keistri abang. Ayok kita berangkat. Kemana..? keperawang jumpain mamak. Istri abang kaget, apa tau jalannya keperawang kata istri abang.. Udah berangkat aja. Banyak orang yang bisa kita tanyak.

Hari dah jam 6 petang saat diperjalanan abang berfikir..? inikan musim hujan pasti banyak orang nyalai (ikan salai) di kampung sini. Sebentar abang berhenti dan mencoba bertanya kepada penduduk kampung tersebut. Pas kali,, katanya dengan nada semangat. Yang ditanya memiliki beberapa ikan salai dan mereka juga mau jual. Kemudian masuklah istri abang kerumahnya dari depan, menuju dapur rumah orang yang jual salai tadi. Ni dia ikan salainya tegas bang Anto. 1 kilo. Dan bodohnya istri abang masuk dari depan keluar dari belakang. Yang dibawanya apa…? Coba kau tengok sendalnya…! Itu sandal orang yang jual salai. Sejelek2nya sandal istri abang rupanya lebih jelek lagi sandal orang yang jual salai yang dibawanya.

Sepontan aku dan keluarga tertawa terpingkal2 meliat kebawah kerah kaki istrinya. Sepasang sandal swallow lecek yang tumitnya bolong.….. dan tetap serus menunggu kelanutan ceritanya.

Tata tau jalannya kami gimana tadi,…
(ntah apa nama daerahnya aku lupa) abang tengoklah,,!! loh didepan ada banjir ucap abang sama istri abang. Karna takut kalau banjirnya dalam abang suruh istri abang turun. Abang juga turun, motor butut ini abang matikan terus abang tuntunlah.. langkah-melangkah terus kok makin dalam wah…. Gak iya ini.. abang tengok jam udah jam 7. ini semua kanan kiri udah gelap. Hutan aja semua. Pas abang senter kedepan.. okh aman, didepan udah gak banjir, pelan2 abang jalan kok gak abis2 banjirnya. Ni air udah sepaha. Motor ini setengah badanyya udah kerendem air. Gak peduli abang yang jelas cepatlah nyampe ketempat yang gak banjir. Tau ta…?? 3 kilo mungkin ada banjirnya Ta.. asal kau tau.

Busyet dah dalam hatiku.. terus bang…!

Begitu banjirnya dah lewat abang soronglah motor ini. Cuma sebelum abang sorong abang bilang, jangan sampai kau gak hidup ya..? kau hantarkan dulu aku sampe ke mamakku abis itu terserahlah sama kau…


Sepontan aku dan keluarga kembali tertawa terpingkal2….. dan tetap serus menunggu kelanjutan ceritanya.

Alhamdulillah nyampe juga kami. Kau tengok sendirilah kayak mana sekarang. Helm gak ada, spion gak ada, motor kayak gitu. Baju ini aja belum kering2 dari tadi. Tapi niatlah yang ngantarkan kami kemari. jadi ta.. pelajaran buat kau, kita ini punya saudara kaya jangan pernah kita pikirkan untuk kita mudah mendapatkan bantuan dari mereka. Sikapi hidup ini dengan kerja keras dan hasil keringat sendiri, rezeki mereka bisa datang dengan mobil mewahnya Alhamdulillah, rezeki abang  bisa datang  naik motor butut ini terus lewati medan yang gak dilewati orang ya Alhamdulillah. Jangan mudah untuk bertumpu tangan kepada orang lain. Sembari menyerahkan sekantung ikan salai dan pucuk pakis kepada ibuku.





Mana tau pembaca bingung..
*bang anto itu anakNya kakak emak saya
*jarak tempuh dari rumahnya ke perawang wajarnya 2,5jam
*tinggalnya di daerah garuda sakti desa pantai cermin (masih pekanbaru)
*kerjanya bertani dan gemabala sapi
*rumahnya bisa dikatakan di dalam hutan
*diatas itu foto dia bersama saya di tepi sungai tapung saat saya membawa rekan2 kantor memancing di sungai tapung





.                                                                       bang anto

No comments:

Post a Comment