Kebahagiaan yang disebabkan hal-hal di luar kita
adalah kebahagiaan semu. Kebahagiaan itu akan segera hilang begitu Anda
berhasil memiliki barang tersebut. Anda melihat kawan Anda membeli mobil
mewah, handphone yang canggih, atau sekadar baju baru. Anda begitu
ingin memilikinya.
Anehnya, begitu Anda berhasil memilikinya, rasa
bahagia itu segera hilang. Anda merasa biasa-biasa saja. Bahkan, Anda
mulai melirik orang lain yang memiliki barang yang lebih bagus lagi
daripada yang Anda miliki. Anda kembali berangan-angan untuk
memilikinya. Demikianlah seterusnya. Dan Anda tidak akan pernah bahagia.
Coba katakan pada diri Anda sendiri, ”Saya sudah
memilih untuk bahagia apapun yang akan terjadi.” Anda akan merasa
bahagia walaupun tidak memiliki harta yang banyak, walaupun kondisi di
luar tidak sesuai dengan keinginan Anda. Semua itu tidak akan mengganggu
karena Anda tidak menempatkan kebahagiaan Anda disana.
Kebahagiaan yang hakiki terletak di dalam diri Anda
sendiri. Inti kebahagiaan ada pada pikiran Anda. Ubahlah cara Anda
berpikir dan Anda akan segera mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman
batin.
Ada tiga pikiran yang perlu senantiasa Anda
tumbuhkan. Saya mendapatkan gagasan mengenai tiga kunci kebahagiaan ini
setelah merenungkan arti tasbih, tahmid dan takbir yang kita ucapkan
tiap hari tapi sering tanpa makna yang mendalam. Saya kira ajaran
seperti ini bukan hanya kita temukan dalam Islam saja, tetapi juga dalam
ajaran agama yang lain.
Kunci pertama kebahagiaan adalah rela memaafkan. Coba
renungkan kata subhanallah. Tuhanlah yang Maha Suci, sementara manusia
adalah tempat kesalahan dan kealpaan. Kesempurnaan manusia justru
terletak pada ketidaksempurnaanny a. Dengan memahami konsep ini, hati
Anda akan selalu terbuka untuk memaafkan orang lain.
Seorang dokter terkenal Gerarld Jampolsky menemukan bahwa sebagian
besar masalah yang kita hadapi dalam hidup bersumber dari ketidakmampuan
kita untuk memaafkan orang lain. Ia bahkan mendirikan sebuah pusat
penyembuhan terkemuka di Amerika yang hanya menggunakan satu metode
tunggal yaitu, rela memaafkan!Kunci kedua adalah bersyukur. Coba renungkan kata alhamdulillah. Orang yang bahagia adalah orang yang senantiasa mengucapkan alhamdulillah dalam situasi apapun. Ini seperti cerita seorang petani miskin yang kehilangan kuda satu-satunya. Orang-orang di desanya amat prihatin terhadap kejadian itu, namun ia hanya mengatakan, alhamdulillah.
Seminggu kemudian kuda tersebut kembali ke rumahnya sambil membawa serombongan kuda liar. Petani itu mendadak menjadi orang kaya. Orang-orang di desanya berduyun-duyun mengucapkan selamat kepadanya, namun ia hanya berkata, alhamdulillah.
Tak lama kemudian petani ini kembali mendapat musibah. Anaknya yang berusaha menjinakkan seekor kuda liar terjatuh sehingga patah kakinya. Orang-orang desa merasa amat prihatin, tapi sang petani hanya mengatakan, alhamdulillah. Ternyata seminggu kemudian tentara masuk ke desa itu untuk mencari para pemuda untuk wajib militer. Semua pemuda diboyong keluar desa kecuali anak sang petani karena kakinya patah. Melihat hal itu si petani hanya berkata singkat, alhamdulillah.
Cerita itu sangat inspiratif karena dapat menunjukkan kepada kita bahwa apa yang kelihatannya baik, belum tentu baik. Sebaliknya, apa yang kelihatan buruk belum tentu buruk. Orang yang bersyukur tidak terganggu dengan apa yang ada di luar karena ia selalu menerima apa saja yang ia hadapi.
Kunci ketiga kebahagiaan adalah tidak membesar-besarkan hal-hal kecil. Coba renungkan kalimat Allahu akbar. Anda akan merasa bahwa hanya Tuhanlah yang Maha Besar dan banyak hal-hal yang kita pusingkan setiap hari sebenarnya adalah masalah-masalah kecil. Masalah-masalah ini bahkan tidak akan pernah kita ingat lagi satu tahun dari sekarang.
Penelitian mengenai stres menunjukkan adanya beberapa hal yang merupakan penyebab terbesar stres, seperti kematian orang yang kita cintai, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini bolehlah Anda anggap sebagai hal yang ”agak besar.” Tapi, bukankah hal-hal ini hanya kita alami sekali-sekali dan pada waktu-waktu tertentu? Kenyataannya, kebanyakan hal-hal yang kita pusingkan dalam hidup sebenarnya hanyalah masalah-masalah kecil.